السلام عليكم و رحمه الله تعالى و بركاته.
Waalaikummussalam pada yang memberi salam. Sedikit renungan tentang bulan Rejab.
Sama-sama kita berhati-hati di dalam kita berdakwah dan menyampaikan ilmu.
Setiap penyampaian yang kita nampak baik kadang-kadang perkara itu tidak pernah disebut oleh junjungan besar Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda.
Sesiapa yang berdusta ke atasku dengan sengaja, maka siaplah tempat duduknya dalam neraka.” (Riwayat al-Bukhari, Muslim, dan selain mereka).
TIADA SATU HADITH SHAHIH pun berkaitan kelebihan BULAN REJAB SECARA KHUSUS. Yang ada cuma ia bulan haram dan digalakkan berpuasa pada bulan haram. Namun puasa itu boleh dilakukan bila-bila sahaja dalam bulan Rejab. Tidak ditentukan hari-hari tertentu. Demikian yang disebut oleh Ibn Hajar al-Asqalani.
” لم يرد في فضل شهر رجب ولا في صيامه ولا صيام شيء منه معين ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة “
Maksudnya: Tidak ada hadis sahih yang boleh dijadikan hujah tentang kelebihan bulan Rejab, begitu juga (tidak ada riwayat) tetang berpuasa padanya, dan berpuasa mana-mana hari daripadanya secara khusus, begitu juga tentang menghidupkan malam tertentu padanya.
Namun tidak salah berdoa selagi tidak disandarkan kepada nabi secara pasti kerana bab doa ini luas. Wallahua'lam.
Rabu, 29 Mac 2017
Selasa, 28 Mac 2017
السلام عليكم و رحمه الله تعالى و بركاته
Sedikit renungan bersama abang Ariff serta sahabat-sahabat yang dirahmati Allah semoga memberi pengajaran kepada kita semua Insyaallah. Sama-sama kita buat renungan bagaimana sifat orang-orang Munafik.
Orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Termasuk ciri-ciri orang munafiq yaitu, orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Orang-orang munafiq pada hakikatnya berpihak pada orang kafir dan menyembunyikan rasa cinta mereka kepada orang-orang kafir. Orang-orang munafiq itu menganggap orang-orang kafir itu mempunyai kekuatan, sehingga mereka mencari kekuatan dan berlindung di sisi orang kafir itu. Orang-orang munafiq lupa bahwa semua kekuatan itu milik Allah.
Allah telah mengecam orang-orang munafiq itu dengan ancaman siksaan yang sangat pedih di hari akhir.
Kabarkanlah kepada orang-orang munafiq bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (An-Nisa 138-139)
Orang-orang beriman dilarang sekeras2nya untuk tidak mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Jika tidak ingin mendapat kemudaratan dan jika tidak ingin mendapat siksa dari Allah di hari akhir.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (kerana) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (Ali-Imran : 118 )
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? ( An-Nisa : 144)
Istilah ‘wali’ disini ialah berteman dengan mereka, setia dan ikhlas, dan merasiakan kecintaan serta membuka rasia orang-orang mukmin kepada orang-orang kafir.
Subhanallah marilah sama-sama
Kita jauhi dari sifat-sifat orang munafik.
Sedikit renungan bersama abang Ariff serta sahabat-sahabat yang dirahmati Allah semoga memberi pengajaran kepada kita semua Insyaallah. Sama-sama kita buat renungan bagaimana sifat orang-orang Munafik.
Orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Termasuk ciri-ciri orang munafiq yaitu, orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Orang-orang munafiq pada hakikatnya berpihak pada orang kafir dan menyembunyikan rasa cinta mereka kepada orang-orang kafir. Orang-orang munafiq itu menganggap orang-orang kafir itu mempunyai kekuatan, sehingga mereka mencari kekuatan dan berlindung di sisi orang kafir itu. Orang-orang munafiq lupa bahwa semua kekuatan itu milik Allah.
Allah telah mengecam orang-orang munafiq itu dengan ancaman siksaan yang sangat pedih di hari akhir.
Kabarkanlah kepada orang-orang munafiq bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (An-Nisa 138-139)
Orang-orang beriman dilarang sekeras2nya untuk tidak mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Jika tidak ingin mendapat kemudaratan dan jika tidak ingin mendapat siksa dari Allah di hari akhir.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (kerana) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (Ali-Imran : 118 )
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? ( An-Nisa : 144)
Istilah ‘wali’ disini ialah berteman dengan mereka, setia dan ikhlas, dan merasiakan kecintaan serta membuka rasia orang-orang mukmin kepada orang-orang kafir.
Subhanallah marilah sama-sama
Kita jauhi dari sifat-sifat orang munafik.
Khamis, 9 Mac 2017
BALASAN PADA YANG SUKA MENFITNAH SERTA YANG SUKA MENHINA SESAMA ISLAM.
السلام عليكم ورحمه الله تعالى و بركاته
Sedikit renungan bersama Abg Ariff serta semua sahabat2 yang dirahmati Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain, (kerana) boleh jadi mereka (yang direndahkan) lebih baik dari mereka (yang merendahkan)
(QS. Al-Hujurat: 11) Yakni, jangan merendahkan orang atau kaum tertentu. Meremehkan dan memandang hina orang lain termasuk kesombongan.
Rasulullah SAW bersabda, Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat sebutir debu dari kesombongan. (HR. Muslim)
Kesombongan, walau hanya sebesar butir debu, akan menghalangi orang untuk masuk ke dalam surga. Rasulullah SAW bersabda, Kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.
Menghina dan meremehkan orang lain adalah tindakan zalim dan dosa. Jika kita meremehkan orang lain, maka pahala kebaikan kita akan hilang dan kita akan mendapatkan murka Allah SWT.
Ingatlah sabda Rasulullah SAW kepada Abu Dzar, setelah Abu Dzar mencaci orang lain dengan menyebut ibunya. Apa yang dikatakan Rasulullah kepada Abu Dzar? Beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau seorang yang didalam dirimu masih ada sifat jahiliyah. (HR. Bukhari)
Bukhari membuat bab tersendiri, dalam bukunya, yang membahas tentang ayat, Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (kerana) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (kerana) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al-Hujurat: 11) Di dalam bab ini Bukhari menyebutkan dua hadits:
1. Dari Abdullah ibn Zama’ah, ‘Rasulullah melarang orang menertawakan (orang lain) kerana sesuatu yang keluar dari dalam tubuhnya.(HR. Bukhari)
2. Dari Abdullah Ibn Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan (untuk dilanggar) atas kalian darah-darah kalian, harta kalian dan harga diri kalian, sebagaimana haramnya hari kalian ini, dalam bulan ini, di kota ini. (HR. Bukhari)
Termasuk bentuk meremehkan orang lain adalah meremehkan mereka kerana dosa dan kesalahan yang mereka lakukan. Apalagi jika ternyata mereka telah bertobat dari dosa dan kesalahannya.
Firman Allah, Boleh jadi mereka yang diremehkan itu lebih baik daripada mereka yang meremehkan.( Al-Hujurat: 11) mereka yang diremehkan blh jadi lebih baik dan lebih mulia di sisi Allah daripada mereka yang meremehkan. Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Allah berfirman, Sesungguhnya orang yang termulia disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Pandai.(Al-Hujurat: 13)
“Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, Dan bersungguh-sungguh beramal soleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).(QS. Thaha: 74-76)
“Dan janganlah sekali-kali orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.( Ali-Imran: 178)
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (Al-Baqarah: 212)
Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah orang yang paling mulia? Rasulullah menjawab, “Orang yang paling bertaqwa kepada Allah.( Bukhari dan Muslim)
Bukhari meriwayatkan dari Sahal ibn Sa’ad as-Saidi, “Seorang laki-laki datang didepan Rasulullah, Rasulullah berkata kepada seseorang yang duduk disisi beliau, “Bagaimana pendapatmu tentang orang ini? Orang yang disisi Nabi itu menjawab, “Ia adalah dari golongan terhormat. Demi Allah, jika ia meminang, ia pasti diterima; jika ia meminta bantuan, pasti dibantu.” Rasulullah SAW diam. Kemudian datang orang yang lain. Dan Rasulullah pun bertanya kepada orang yang disampingnya tadi, “Bagaimana pendapatmu tentang yang ini? Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia orang dari golongan muslim yang miskin. Jika ia meminang, pasti ditolak; jika ia minta bantuan, pasti tidak ada yang membantu; jika ia berkata, pasti tidak ada yang mendengarkan ucapannya.” Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Orang ini (yang miskin) lebih baik daripada bumi dengan segala isinya dan orang yang tadi (yang dari golongan terhormat).(HR. Bukhari)
Dalam hadits ini mungkin orang miskin itu lebih baik agamanya daripada orang yang dari golongan terhormat.
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian, tidak pula melihat harta kalian. Tetapi Allah melihat hati dan perbuatan kalian.”
Perhatikanlah bayi kecil yang boleh berkata2 untuk mengukuhkan kebenaran. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, “Nabi SAW bersabda, ‘Hanya ada tiga bayi yang boleh berkata2 ketika masih dalam buaian…’ Kemudian lanjutan hadits itu adalah, ‘Ketika seorang bayi sedang menyusu pada ibunya, datanglah seseorang dengan menunggang kuda yang gagah dan berpenampilan menarik. Sang ibu berkata, ‘Ya Allah jadikanlah anakku seperti orang ini.’ Lalu anak itu melepaskan mulutnya dari puting susu ibunya, melihat orang itu dan berkata, ‘Ya Allah, jangan Engkau jadikan aku seperti orang itu!’ Kemudian bayi itu kembali menyusu.’ Aku (Abu Hurairah) berkata, ‘Aku melihat Rasulullah menceritakan kasih itu dengan penuh penghayatan. Sampai-sampai, ketika berkata ‘bayi itu menyusu’, beliau tanpa sadar menhisap jari tangannya.’ ‘Kemudian (dihadapan ibu dan bayi tadi) datang banyak orang menggiring seorang sahaya sambil memukuli dan memakinya, ‘Engkau berzina dan mencuri!’ Sedang sahaya itu berkata, “Allah mencukupi aku dan Dialah pelindung yang paling baik”
Melihat itu sang ibu berucap, ‘Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia.’ Bayi yang didukun tersebut segera melepaskan puting ibunya, menatap sahaya itu dan berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia.’ Sang ibu bertanya kepada bayinya tentang apa saja yang baru ia alami. Sang bayi menjelaskan kepaa ibunya bahwa sahaya wanita itu tidak berzina dan tidak mencuri. Sedangkan laki-laki dengan kendaraan yang gagah itu adalah seorang penindas.
Firman Allah, …dan jangan pula wanita-wanita (meremehkan) wanita-wanita lainnya, (kerana) boleh jadi wanita-wanita (yang diremehkan) lebih baik dari wanita (yang meremehkan). (Al-Hujurat: 11) Ini memberi peringatan terhadap kaum wanita agar tidak menyombongkan diri. Para wanita adalah “kurang daya dan ugamanya”, dan saling menyombongkan diri itu sering terjadi kalangan kaum wanita. Itulah alasan mengapa mereka disebut secara khusus dalam ayat ini.
Semuga sedikit renungan menjadi pengajaran pada kiita semua insya Allah.
السلام عليكم ورحمه الله تعالى و بركاته
Sedikit renungan bersama Abg Ariff serta semua sahabat2 yang dirahmati Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain, (kerana) boleh jadi mereka (yang direndahkan) lebih baik dari mereka (yang merendahkan)
(QS. Al-Hujurat: 11) Yakni, jangan merendahkan orang atau kaum tertentu. Meremehkan dan memandang hina orang lain termasuk kesombongan.
Rasulullah SAW bersabda, Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat sebutir debu dari kesombongan. (HR. Muslim)
Kesombongan, walau hanya sebesar butir debu, akan menghalangi orang untuk masuk ke dalam surga. Rasulullah SAW bersabda, Kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.
Menghina dan meremehkan orang lain adalah tindakan zalim dan dosa. Jika kita meremehkan orang lain, maka pahala kebaikan kita akan hilang dan kita akan mendapatkan murka Allah SWT.
Ingatlah sabda Rasulullah SAW kepada Abu Dzar, setelah Abu Dzar mencaci orang lain dengan menyebut ibunya. Apa yang dikatakan Rasulullah kepada Abu Dzar? Beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau seorang yang didalam dirimu masih ada sifat jahiliyah. (HR. Bukhari)
Bukhari membuat bab tersendiri, dalam bukunya, yang membahas tentang ayat, Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (kerana) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (kerana) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al-Hujurat: 11) Di dalam bab ini Bukhari menyebutkan dua hadits:
1. Dari Abdullah ibn Zama’ah, ‘Rasulullah melarang orang menertawakan (orang lain) kerana sesuatu yang keluar dari dalam tubuhnya.(HR. Bukhari)
2. Dari Abdullah Ibn Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan (untuk dilanggar) atas kalian darah-darah kalian, harta kalian dan harga diri kalian, sebagaimana haramnya hari kalian ini, dalam bulan ini, di kota ini. (HR. Bukhari)
Termasuk bentuk meremehkan orang lain adalah meremehkan mereka kerana dosa dan kesalahan yang mereka lakukan. Apalagi jika ternyata mereka telah bertobat dari dosa dan kesalahannya.
Firman Allah, Boleh jadi mereka yang diremehkan itu lebih baik daripada mereka yang meremehkan.( Al-Hujurat: 11) mereka yang diremehkan blh jadi lebih baik dan lebih mulia di sisi Allah daripada mereka yang meremehkan. Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Allah berfirman, Sesungguhnya orang yang termulia disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Pandai.(Al-Hujurat: 13)
“Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, Dan bersungguh-sungguh beramal soleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).(QS. Thaha: 74-76)
“Dan janganlah sekali-kali orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.( Ali-Imran: 178)
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (Al-Baqarah: 212)
Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah orang yang paling mulia? Rasulullah menjawab, “Orang yang paling bertaqwa kepada Allah.( Bukhari dan Muslim)
Bukhari meriwayatkan dari Sahal ibn Sa’ad as-Saidi, “Seorang laki-laki datang didepan Rasulullah, Rasulullah berkata kepada seseorang yang duduk disisi beliau, “Bagaimana pendapatmu tentang orang ini? Orang yang disisi Nabi itu menjawab, “Ia adalah dari golongan terhormat. Demi Allah, jika ia meminang, ia pasti diterima; jika ia meminta bantuan, pasti dibantu.” Rasulullah SAW diam. Kemudian datang orang yang lain. Dan Rasulullah pun bertanya kepada orang yang disampingnya tadi, “Bagaimana pendapatmu tentang yang ini? Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia orang dari golongan muslim yang miskin. Jika ia meminang, pasti ditolak; jika ia minta bantuan, pasti tidak ada yang membantu; jika ia berkata, pasti tidak ada yang mendengarkan ucapannya.” Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Orang ini (yang miskin) lebih baik daripada bumi dengan segala isinya dan orang yang tadi (yang dari golongan terhormat).(HR. Bukhari)
Dalam hadits ini mungkin orang miskin itu lebih baik agamanya daripada orang yang dari golongan terhormat.
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian, tidak pula melihat harta kalian. Tetapi Allah melihat hati dan perbuatan kalian.”
Perhatikanlah bayi kecil yang boleh berkata2 untuk mengukuhkan kebenaran. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, “Nabi SAW bersabda, ‘Hanya ada tiga bayi yang boleh berkata2 ketika masih dalam buaian…’ Kemudian lanjutan hadits itu adalah, ‘Ketika seorang bayi sedang menyusu pada ibunya, datanglah seseorang dengan menunggang kuda yang gagah dan berpenampilan menarik. Sang ibu berkata, ‘Ya Allah jadikanlah anakku seperti orang ini.’ Lalu anak itu melepaskan mulutnya dari puting susu ibunya, melihat orang itu dan berkata, ‘Ya Allah, jangan Engkau jadikan aku seperti orang itu!’ Kemudian bayi itu kembali menyusu.’ Aku (Abu Hurairah) berkata, ‘Aku melihat Rasulullah menceritakan kasih itu dengan penuh penghayatan. Sampai-sampai, ketika berkata ‘bayi itu menyusu’, beliau tanpa sadar menhisap jari tangannya.’ ‘Kemudian (dihadapan ibu dan bayi tadi) datang banyak orang menggiring seorang sahaya sambil memukuli dan memakinya, ‘Engkau berzina dan mencuri!’ Sedang sahaya itu berkata, “Allah mencukupi aku dan Dialah pelindung yang paling baik”
Melihat itu sang ibu berucap, ‘Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia.’ Bayi yang didukun tersebut segera melepaskan puting ibunya, menatap sahaya itu dan berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia.’ Sang ibu bertanya kepada bayinya tentang apa saja yang baru ia alami. Sang bayi menjelaskan kepaa ibunya bahwa sahaya wanita itu tidak berzina dan tidak mencuri. Sedangkan laki-laki dengan kendaraan yang gagah itu adalah seorang penindas.
Firman Allah, …dan jangan pula wanita-wanita (meremehkan) wanita-wanita lainnya, (kerana) boleh jadi wanita-wanita (yang diremehkan) lebih baik dari wanita (yang meremehkan). (Al-Hujurat: 11) Ini memberi peringatan terhadap kaum wanita agar tidak menyombongkan diri. Para wanita adalah “kurang daya dan ugamanya”, dan saling menyombongkan diri itu sering terjadi kalangan kaum wanita. Itulah alasan mengapa mereka disebut secara khusus dalam ayat ini.
Semuga sedikit renungan menjadi pengajaran pada kiita semua insya Allah.
Langgan:
Catatan (Atom)